PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN
A. PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN SEBAGAI BIDANG STUDI
Pada tahun 1879, psikologi merupakan
satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang
terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai
psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi
kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang
manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan
konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta
menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan.
Yang membedakan psikologi
kepribadian dengan bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya untuk
mensitesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada
bidang-bidang psikologi lain tersebut.
Peneliti kepribadian berusaha
memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan
dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya.
Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku
manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi
kepribadian.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa psikologi kepribadian adalah bidang yang memiliki daerah
minat yang demikian luas di banding dengan bidang-bidang psikologi yang
lainnya. Sehingga psikologi kepribadian adalah studi yang mencakup sebagian
besar bidang psikologi. Hal ini terjadi karena tujuan utama dari studi psikologi
kepribadian adalah memahami manusia secara total ataupun menyeluruh.
B.
SASARAN-SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Salah satu ciri yang utama dari
psikologi kepribadian adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode yang
ilmiah dalam upaya memahami manusia. Yang mana dengan penggunaan konsep-konsep
dan metode-metode ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa mencapai
sasaran-sasarannya. Sasaran-sasaran dari psikologi kepribadian adalah :
1. Memperoleh informasi mengenai
tingkah laku manusia.
2. Mendorong individu –individu agar
bisa hidup secara penuh dan memuaskan.
C. TEORI
KEPRIBADIAN DAN FUNGSINYA
Teori kepribadian adalah sekumpulan
anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku
manusia (Hall Lindzey, 1970).
Adapun fungsi-fungsi yang harus
dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah :
1. Fungsi Deskriptif (menguraikan
atau menerangkan)
Fungsi deskriptif ini menjadikan
suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau
kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis.
2. Fungsi Prediktif (meramalkan)
Fungsi prediktif ini menjadikan
suatu teori kepribadian bisa meramalkan tingkah laku, kejadian, atau
akibat-akibat yang belum muncul pada diri individu.
D. EVALUASI TEORI
KEPRIBADIAN
Disamping fungsi deskriptif dan
fungsi prediktif, teori kepribadian bisa dievaluasi berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu, yaitu :
1. Verifiabilitas
Kriteria verifiabilitas menekankan
bahwa teori kepribadian haruslah bertumpu pada konsep-konsep yang jelas,
didefenisikan secara eksplisit dan memiliki kaitan yang logis satu sama lain,
yang memungkinkan teori kepribadian ini bisa diverifikasi (diperiksa) oleh para
peneliti lain.
2. Nilai Heuristik
Kriteria ini mengevaluasi sampai
sejauh mana suatu teori kepribadian dapat secara langsung mengundang
penelitian.
3. Konsistensi Internal
Kriteria ini menekankan bahwa suatu
teori kepribadian janganlah mengandung pertentangan didalamnya, serta teori
kepribadian tersebut bisa menerangkan tingkah laku secara konsisten.
4. Kehematan
Kriteria kehematan menekankan bahwa
teori kepribadian harus disusun berdasarkan konsep yang sesedikit mungkin,
jadi, teori kepribadian dianggap lemah apabila menggunakan konsep yang terlalun
banyak.
5. Keluasan
Kriteria keluasan (comprehensiveness)
ini menunjuk kepada bentangan dan keanekaragaman fenomena yang bisa diliput
oleh suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu teori kepribadian, maka akan
semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku yang diungkapkannya.
6. Signifikansi Fungsi
Kriteria yang terakhir ini
menekankan bahwa teori kepribadian itu bisa dievaluasi dalam rangka kegunaannya
membantu oranng-orang dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari.
E. ARTI DAN
DEFINISI KEPRIBADIAN
1. Kepribadian menurut pengertian
sehari-hari
Kata personalit dalam bahasa
Inggris berasal dari bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona
ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di
Zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini
berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang
diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, yang mana individu
tersebut diharapkan bisa bertingkah laku berdasarkan gambaran sosial yang
diterimanya.
Kepribadian juga sering diartikan
dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk
kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi
individu-individu lainnya.
2. Kepribadian menurut psikologi
Terdapat beberapa defenisi
kepribadian dari beberapa ahli psikologi, diantaranya adalah :
a. George Kelly
George Kelly memandang Kepribadian
sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya.
b. Gordon Allport
Gordon Allport merumuskan kepribadian
sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi
arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
c. Sigmund Freud
Sigmund Freud mamandang kepribadian
sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan
super ego. dan tingkah laku menurut Freud merupakan hasil
dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
F.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KEPRIBADIAN
1. Faktor-faktor historis masa
lampau
Teori kepribadian telah dikenai
pengaruh oleh semua faktor yang mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak
faktor historis yang berkaitan dan menghasilkan psikologi, diantaranya terdapat
empat faktor utama yang berpengaruh langsung atas pembentukan teori
kepribadian. Empat faktor tersebut adalah :
q. Pengobatan Klinis Eropa
Pengobatan klinis Eropa dapat
dikatakan memiliki arti penting bagi teori kepribadian karena peranannya dalam
menciptakan iklim intelektual yang memungkinkan Freud mengembangkan
psikoanalisanya yang unik, yang mana teori psikoanalisa tersebut merupakan
salah satu aliran yang utama dan besar pengaruhnya dalam psikologi modern.
b. Psikometrik
Psikometrik (pengukuran psikologi)
digunakan untuk mengukur fungsi-fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan,
bakat, minat, motif-motif dan trait-trait kepribadian.
c. Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu
aliran dalam psikologi, didirikan pada tahun 1913 oleh John B. Watson
(1878-1958).
Pengaruh atau peranan behaviorisme
dalam pembentukan teori kepribadian terletak pada upaya dan anjuran-anjurannya
untuk memandang dan meneliti tingkah laku secara objektif.
Penelitian-penelitian yang digunakan oleh para behavioris melalui penggunaan
eksperimen sebagai metodenya dan menggunakan hewan sebagai objek percobaannya.
Hal tersebut menjadikan behaviorisme tampil sebagai penyumbang yang besar bagi
terciptanya konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa di uji
ketepatannya secara empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang dikenal
dengan istilah behavior therapy.
d. Psikologi Gestalt
Psikologi gestalt adalah salah satu
aliran psikologi yang didirikan pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer (1880-1943)
bersama-sama dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941).
Yang mana ketiga tokoh tersebut berasal dari Jerman.
Prinsip utama dari psikologi gestalt
adalah prinsip bahwa suatu gejala atau fenomena harus dan hanya bisa dimengerti
sebagai suatu totalitas (keseluruhan). Prinsip ini menentang elementalisme,
yaitu paham yang mempelajari kesadaran dan tingkah laku manusia dengan cara
memecah-mecahnya ke dalam elemen-elemen atau bagian-bagian. Prinsip gestalt ini
dikenal dengan sebutan prinsip holistik dengan para tokohnya yaitu Alfred
Adler, Kurt Goldstein, Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Prinsip kedua dari psikologi gestalt
adalah prinsip bahwa fenomena adalah data yang mendasar bagi psikologi. Prinsip
ini sejalan dengan prinsip filsafat dan psikologi fenomenologi yang mengatakan
bahwa fenomena harus dilihat apa adanya, tanpa ada pengaruh atau campur tangan
apapun dari pengamat. Implikasi dari prinsip ini bisa ditemukan pada teori
kepribadian dan teknik terapi Rogers. Selain dua prinsip tersebut, masih banyak
tema penting yang terdapat pada psikologi gestalt yang menjadikan psikologi
gestalt sebagai suatu aliran yang unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini
hanya dua prinsip yang dapat dan perlu diungkapkan.
2. Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang
mempengaruhi teori kepribadian itu berasal dari dalam maupun luar psikologi.
Dari dalam psikologi faktor-faktor itu muncul berupa perluasan dalam area atau
bidang studi. Contohnya seperti psikologi lintas budaya, studi tentang
proses-proses kognitif, motivasi, dll.
Dari luar psikologi, faktor
kontemporer yang berpengaruh tehadap teori kepribadian sangatllah banyak.
Sebagai contoh ialah pengaruh filsafat eksistensialisme. Yaitu aliran filsafat
yang menekankan kebebasan, penentuan diri dan keberubahan manusia ini
meninggalkan jejaknya yang nyata pada pemikiran para teoris kepribadian yang
berada dibawah payung eksistensial.
G.
ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR TENTANG MANUSIA
1. Kebebasan – ketidakbebasan
Anggapan ini menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, bebas mengambil sikap, dan bebas
menentukan arah dari kehidupannya. Tetapi teoris yang lain juga
beranggapan bahwa manusia merupakan organisme yang tingkah lakunya
dideterminasi (ditentukan) oleh sejumlah determinan, determinan atau penentu
bagi tingkah laku manusia berada atau berasal dari dalam manusia itu sendiri,
seperti naluri-naluri atau dorongan-dorongan
2. Rasionalitas – irasionalitas
Masalah dasar yang terdapat pada
dimensi rasionalitas – irasionalitas menyangkut seberapa besar pengaruh
atau peranan akal dari dalam diri dan tingkah laku manusia. Anggapan-anggapan
ini menyatakan bahwa manusia itu sebagai makhluk yang rasional, namun ada pula
yang beranggapan bahwa manusia itu cenderung makhluk yang irasional.
3. Holisme – Elementalisme
Prinsip holistik adalah sebuah
prinsip yang berasal dari psikologi gestalt yang menekankan bahwa suatu
fenomena harus dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam keseluruhannya atau
sebagai suatu totalitas. Sedangkan anggapan elementalistik menekankan bahwa
suatu hak hanya bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki
aspek-aspeknya secara terpisah.
4. Konstitusionalisme –
environmentalisme
Teori yang bisa dimasukkan dalam
teori kepribadian konstitusionalis adalah teori Freud mengenai naluri yang
bersifat bawaan, teori lain yang bisa masuk teori konstitusionalis ini adalah
teori Maslow dengan kebutuhan bertingkatnya..
Sementara itu, yang dimaksud dengan
environmentalisme adalah paham yang menekankan peranan lingkungan. Sebagai
contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John Locke (1623-1704), yaitu teori
tabula rasa.
5. Berubah – tak berubah
Anggapan dasar ini menyatakan bahwa
adanya kemungkinan berubah-tidak berubahnya kepribadian individu sepanjang
hidupnya,
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas
– objektivitas manusia bisa dinyatakan melalui pertanyaan-pertanyaan apakah
manusia itu hidup dalam pengalaman yang personal atau subjektif dan tingkah
lakunya dipengaruhi oleh subjektifitasnya itu, atau apakah tingkah laku manusia
itu justru ditentukan oleh faktor-faktor eksternal dan objektif.
7. Proaktif – reaktif
Pandangan Proaktif – reaktif
pada dasarnya mengacu atau mempermasalahkan pada tingkah laku manusia , yang
mana apakah penyebab tingkah laku manusia itu didorong atau ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan internal (proaktif) ataukah oleh kekuatan-kekuatan eksternal
(reaktif).
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menerangkan bahwa
tingkah laku manusia terutama dimotivasi atau digerakkan ke arah
tegangan-tegangan internal yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis,
sehingga keseimbangan bisa dicapai kembali dan terpelihara pada taraf yang
optimal, sedangkan heterostatis menekankan bahwa tingkah laku manusia itu
terutama dimotivasi ke arah pertumbuhan, pencarian stimulus, dan pengungkapan
diri.
9. Dapat diketahui – tidak dapat
diketahui
Anggapan ini menyatakan bahwa upaya
ilmiah (psikologi) hanya menghsilkan sedikit pengetahuan tentang manusia,
tetapai ada juga yang bertolak belakang dengan anggapan ini, mereka beranggapan
bahwa manusia akan bisa diketahui melalui upaya ilmiah karena pada dasarnya
manusia bertingkah laku seperti hukum alam yang sama dengan makhluk hidup yang
lainnya.
SIGMUND
FREUD: TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
A.
KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA
Dalam teori psikoanalisa,
kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau
sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain
saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id
Id/das es adalah sistem
kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan.
Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk
operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan
fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan
tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang
pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau
tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada
individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu
proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses
primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha
mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa
mengurangi teganan.
2. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada
struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau
mengurangi tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya
sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak
dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego
adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3. Superego
Superego/das Uberich adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego
adalah :
- Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
- Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
- Mendorong individu kepada kesempurnaan.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Freud menyatakan gagasan bahwa
energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang
menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
1. Naluri
Menurut Freud, naluri atau insting
adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan
terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
2. Macam-macam naluri
Freud berpendapat bahwa
naluri-naluri yang ada pada manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri
kehidupan (life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts).
3. Penyaluran dan penggunaan energi
psikis
Dalam teori Freud dinamika
kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan
oleh id, ego dan superego. Karena jumlah energi itu terbatas, maka diantara
ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam
penggunaan energi. Satu sistem ingin mengambil kendali dan ingin memperoleh
lebih banyak dari pada yang lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh
energi lebih banyak, maka sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan
akan menjadi lemah, sampai energy baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.
4. Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga
jenis, yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan
real adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang
berasal dari dunia luar, sedangkan yang dimaksud dengan kecemasan neurotik
adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego
yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Adapun yang dimaksud kecemasan moral
adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang
telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5. Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan
ego adalah strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka
dari dorongan-dorongan id, maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego,
dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Freud menguraikan adanya tujuh macam
mekanisme pertahanan ego, yaitu :
a.
Represi
Represi adalah mekanisme yang
dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan
dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut kedalam tak sadar.
b.
Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme
pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan
cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab
kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai
masyarakat.
c.
Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan,
sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d.
Displacement
Displacement adalah pengungkapan
dorongan yang menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang
berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.
e.
Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya
individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego,
melalui alas an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f.
Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana
kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar
tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.
g.
Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme
dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali
kepada taraf perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti
ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori psikoanalisa mengenai
perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa
kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak
awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang
melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses
naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia
terdapat tiga fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya
menentukan bagi pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang
berlangsung pada perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen
yang paling penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan dengan
pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau perangsangan
atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2. Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua
sampai tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari
mulut ke daerah dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan
mempermainkan atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak
diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
3. Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada
tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya
dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai
tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk
memperoleh kepuasan.
D. VALIDASI
EMPIRIS ATAS KONSEP-KONSEP PSIKOANALISA
Dalam pembahasan berikut, akan
diungkapkan beberapa penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji validitas
konsep-konsep psikoanalisa. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
- Penelitian mengenai represi.
- Kompleks kastrasi dan penis envy dalam mimpi.
- Humor dan tertawa.
- Pemilihan anak laki-laki versus anak perempuan.
E. PENERAPAN
PSIKOANALISA DALAM PSIKOTERAPI
1. Penggunaan Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas,
pasien didorong untuk melepaskan seluruh refleksi kesadarannya, mengikuti
pemikiran dan perasaannya secara spontan. Sehingga pengungkapan hal-hal
yang terlintas dalam pikiran pasien tersebut berjalan dengan
lancar.
Asosiasi bebas bertumpu pada
anggapan bahwa satu asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain yang terdapat jauh
dialam tak sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai
pengungkapan tersamar atau berkedok dari pemikiran atau perasaan yang direpres.
2. Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan
utama menuju kea lam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh
keinginan-keinginan yang direpres. Mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan
simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
3. Analisis Transferensi
Transferensi adalah fenomena saat
pasien menggunakan mekanisme pertahanan ego, dimana impuls tak sadar dialihkan
sasarannya dari objek satu ke objek lainnya.
Dalam fenomena transferensi, pasien
akan mengalami neurosis transferensi, dimana neurosis transferensi ini membantu
memperoleh pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan
bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.
4. Reedukasi
Reedukasi bukanlah suatu teknik
terapi psikoanalisa, melainkan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh
pemahaman baru atas kehidupan yang dijalaninya. Reedukasi ini dilakukan
pada tahap akhir dari terapi.
B.F.
SKINNER: TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
A. PENDEKATAN
PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh penguraian
tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan
menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner
mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme.
Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia
yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah
laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan
dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita
mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita
tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa,
perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat lain
dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku
manusia.
2. Penolakan atas penguraian
fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban
akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam
laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau
konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar
berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol
tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu
pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh
tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa
kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu
pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak
berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang
bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam
psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif
behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah
organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia
bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu
point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama
menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang
kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah
laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
B.
PENGONDISIAN OPERAN
Skinner membedakan dua tipe respons
tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku
responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus
yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden yang tarafnya
lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
1. Mencatat tingkah laku operant
Skinner beranggapan bahwa
hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan
memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi
probabilitas kemunculan respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus
spesifik yang memacu respons.
Dalam pengondisian operant, tingkah
laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena
sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari
organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini memungkinkan
peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan
atau hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.
2. Jadwal perkuatan
Inti dari pengondisian operan
menunjukkan bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang.
Sebaliknya, tingkah laku yang tidak diberi penguatan (dihukum) akan cenderung
dihentikan oleh organisme.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan
jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan dalam keadaan
bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner, terdapat
beberapa jadwal perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan
menurut dua dimensi dasar, yaitu :
a. Perkuatan yang diberikan hanya
setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal perkuatan interval).
b. Perkuatan yang diberikan hanya
setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL perkuatan
perimbangan).
3. Tingkah laku takhyul
Pengondisian operan ini diantarai
oleh kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi
yang dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang
mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan. Tingkah laku yang disandarkan
pada hubungan respon perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul.
Menurut Skinner, tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu
percaya bahwa tingkah laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari
kejadian yang telah dan akan dialaminya.
Skinner juga mengemukakan bahwa
tingkah laku takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi
atau kisah pengondisian individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal
dari pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
4. Shaping
Shaping adalah pembentukan suatu
respons melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah
atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa
mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa
juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai
melalui pengondisian standar yang kaku.
5. Pemerkuat sekunder
Skinner berpendapat bahwa pemerkuat
itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder.
Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang
memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah
hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan
yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian
atas proses belajar pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar
pengondisian operan menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya
atau nilai pemeerkuat bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi
pemerkuat sekunder adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila
dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan bahwa pemerkuat
sekunder memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian
tingkah laku. Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang
berbeda, maka nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.
6. Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus
yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme.
Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan
penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan
perkuatan negatif
7. Generalisasi dan diskriminasi
stimulus.
Generaslisasi stimulus adalah
kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu
situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana merespons
secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.
C. VALIDASI
EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR SKINNER
Validasi empiris atas teori belajar
Skinner bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
- Metode penelitian Skinner
- Terapi tingkah laku, dan
- Penanggungan masalah perkawinan
D. PENERAPAN:
DUNIA SEBAGAI KOTAK SKINNER
1. Teknologi tingkah laku
Menurut Skinner, seluruh masalah
utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku
manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya
mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku.
Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat
faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan bahwa
sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat
atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
2. Kebebasan
Menurut Skinner manusia dan
kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan
hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan
manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang
sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari
struktur-struktur sosial.
3. Kemuliaan
Konsep mengenai kemuliaan manusia
(human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat
manusia. Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi
mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu
konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita ingin membangun
konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang bersama konsep
kebebasan.
4. Hukuman
Skinner menentang hukuman tidak
hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku
manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut
Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari
hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman
sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif dari Hukuman
Skinner menyatakan bahwa
alternatif-alternatif lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu
alternatif lain dari hukuman dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif
itu menurut Skinner antara lain permissiveness, bimbingan dan metode
“mengubah pikiran”. Permissiveness atau kebijakan membiarkan adalah cara
yang tidak efektif disebabkan kebijakan semacam ini meninggalkan aspek-aspek
lain dari pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut Skinner, memutuskan atau
menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan
suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu
yang baik adalah sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu
dikatakan buruk apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud
Skinner dalam hal ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana
masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi Kebudayaan
Penciptaan utopia behaviorisme
menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau
lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi
tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu
percepatan evolusi kebudayaan.
8. Perancangan kebudayaan
Skinner mangajukan gagasan tentang
perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner,
kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam
penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat
keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa,
rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara
kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu menyelamatkan dan
diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang efektif
9. Penghapusan konsep manusia
otonom.
Skinner menegaskan perlunya
penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut
atribut-atribut mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep
manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan digantikan oleh
konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.
ABRAHAM
MASLOW: TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
A.
EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai
problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme,
manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari
penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap
individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib
atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan
keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren
Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty,
Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi
para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa
individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia
adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi
psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep
kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi
selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
B. AJARAN-AJARAN DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu sebagai keseluruhan yang
integral
Salah satu aspek yang fundamental
dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus
dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan penyelidikan
dengan hewan
Para psikologi humanistic
mengingatkan tentang adanya perbedaan antara manusia dengan hewan. Maslow
menegaskan bahwa penyelidikan manusia dengan hewan tidak relevan bagi upaya
memahami tingkah laku manusia karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada
manusia.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistik memiliki
anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat atau
merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk,
bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Salah satu prinsip dari psikologi
humanistic adalah bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang ada pada
manusia. Maslow juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan
kreativitasnya menjadikan mereka ”tak berbudaya”
5. Penekanan pada kesehatan
psikologis
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment
sebagai tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang tidak akan
ditemukan pada teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang mengalami
gangguan.
C. TEORI KEBUTUHAN
BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi manusia
kepuasan itu bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka
kebutuhan-kebutuhan lain akan menutut pemuasa,. begitu setersunya. Berdasarkan
ciri demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia
adalah merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan (bertingkat). Kebutuhan
yang tersusun bertingkat itu dirinci kedalam lima tingkat kebutuhan, yaitu :
- Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan cinta dan memiliki
- Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
- Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke butuhan yang ada
di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada di
atasnya. Susunan kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang
mendasari manusia. Dengan melihat kebutuhan individu tersebut, kita bisa
melihat kualitas perkembangan kepribadian individu tersebut. Semakin individu
itu mampu memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin
semakin mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan
kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau
didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal tersebut
merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih rendah
pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.
D. MOTIF
KEKURANGAN DAN MOTIF PERTUMBUHAN
Maslow membagi motif-motif manusia
kedalam dua kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive) dan motif
pertumbuhan (growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan
fisiologis dan rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah
mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan
kekurangan. Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi
tingkah laku individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof
kekurangan, yakni :
- Ketiadaan pemuasnya membuat sakit
- Adanya atau kehadiran pemuasnya mencegah sakit
- Perbaikan atau pengadaan pemuasnya meyembuhkan sakit
- Di bawah kondisi memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
- Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Berbeda dengan motif
kekurangan, motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk
mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah
memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan
karenanya juga member semangat hidup. Maslow mengemukakan bahwa
motif-motif pertumbuhan pada manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu
motif pertumbuhan harus terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin
terpelihara dan perkembangan yang maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan,
maka individu tersebut akan sakit secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh
Maslow disebut metapatologi.
Di bawah ini adalah tabel penjelasan
dari motif-motif pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi yang mungkin
muncul.
|
Motif
pertumbuhan
|
Metapatologi
|
|
E. VALIDASI
EMPIRIS ATAS TEORI KEPRIBADIAN MASLOW
Usaha-usaha untuk menguji atau
membuktikan teori Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep, yaitu :
- Pengujian atas konsep kebutuhan bertingkat
- Pengukura n dan alat ukur aktualisasi diri
Perhatian dan usaha empiris hanya
ditujukan kepada kedua konsep tersebut karena keduanya telah member sumbangan
yang besar terhadap psikologi dan teori kepribadian.
F.
PENERAPAN: AKTUALISASI DIRI SEBAGAI CORAK HIDUP IDEAL
Dalam pencapaian aktualisasi diri,
memerlukan banyak syarat yang tidak mudah untuk dipenuhi. Maslow menyebutkan
syarat yang paing pertama dan utama bagi pencapaian aktualisasi diri adalah
terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan dasar dengan baik. Tetapi di lain pihak,
Maslow juga menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai ciri orang yang
self-actualized memiliki arti penting, yakni sebagai patokan atau
standar untuk mengukur kemajuan diri, sekaligus sebagai standar untuk perbaikan
diri dengan harapan bisa mencapai taraf hidup yang ideal. Ciri-ciri orang yang self
actualized yang dimaksud Maslow adalah :
- Mengamati realitas secara efisien
- Penerimaan atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat
- Spontan, sederhana, dan wajar
- Terpusat pada masalah
- Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
- Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
- Kesegaran dan apresiasi
- Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
- Minat sosial
- Hubungan antar-pribadi
- Berkarakter demokratis
- Perbedan antara cara dan tujuan
- Rasa humor yang filosofis
- Kreativitas
- Penolakan enkulturasi
No comments:
Post a Comment