TRAIT APPROACH
A. Raymond Bernard Cattell
Raymond Cattell adalah seorang peneliti yang minat besarnya
pada metode-metode kuantitatif tidak mempersempit spektrum perhatiannya
terhadap data dan masalah-masalah psikologis. Baginya
analisis faktor merupakan alat untuk menjelaskan berbagai masalah yang semuanya
telah disusun dalam suatu kerangka sistematis. Teorinya merupakan suatu usaha
penting dalam rangka menyatukan dan menyusun temuan-temuan dari berbagai
penelitian analisis faktor tentang kepribadian. Cattell menaruh perhatian pada
penemuan peneliti-peneliti yang menggunakan metode-metode penelitian lainnya,
meskipun intisari pandangannya didasarkan pada hasil-hasil analisis faktor
karena dari sinilah Cattell mendapatkan variabel-variabel yang dianggapnya
sangat penting untuk menerangkan tingkah laku manusia.
Cattell mirip dengan Gordon Allport
sebab pandangannya dapat disebut “teori sifat” (trait theory) dan mirip dengan Kurt Lewin karena kemampuannya
menerjemahkan ide-ide spikologis ke dalam rumusan-rumusan matematis yang jelas.
Akan tetapi dari sekalian teoretikus yang dibicarakan dalam buku ini, mungkin
Cattell paling menyerupai Henry Murray. Keduanya memiliki pandangan yang luas
tentang kepribadian dan telah mengembangkan sistem-sistem teoretis yang luas
dan padat mencakup banyak jenis variabel yang berbeda. Keduanya sama-sama
melakukan pemetaan secara empitis sampai ke sudut-sudut terjauh dari wilayah
kepribadian, dan keduanya sama-sama menghasilkan sejumlah besar konstruk, yang
secara opersional dihubungkan dengan data, dan yang sering diberi nama yang
aneh-aneh.
Kedua teoritikus itu sangat menekankan
konstruk-konstruk motivasi: Murray
menyebutnya “needs” atau kebutuhan-kebutuhan, sedangkan Cattell
menyebutnya “dynamic traits” atau sifat-sifat dinamik: keduanya banyak
menggunakan perumusan spikoanalitis; dan memberikan status teoretis yang
sistematik pada lingkungan maupun pada sang pribadi. Salah satu perbedaan yang
mencolok antara keduanya tentu saja adalah kegandrungan Cattell pada suatu
metodologi statistik khusus, yakni analisis faktor.
Raymond Bernard Cattell lahir di
Staffordshire, Inggris, pada tahun 1905 dan menyelesaikan sumua pendidikannya
di Inggris. Ia mendapat gelar B.Sc. dari Universitas London pada tahun 1924
dalam bidang kimia, dan Ph.D dalam bidang spikologi di bawah bimbingan Spearman
di institut yang sama pada tahun 1929. ia menjadi dosen pada University College
of the South West, Exeter, Inggris,
tahun 1928-1931 dan menjadi direktur City Psychological Clinic di Leicester,
Inggris, tahun 1932-1937.
B. Kategori Traits
Sistem kontruk-konstruk yang
dikemukakan Cattell merupakan salah satu dari antara yang paling kompleks dari
sekalian teori yang kita bahas dalam buku ini. Meskipun konsep-konsep ini
mendapatkan warna khasnya dan dalam
banyak hal, definisi empiris konsep-konsepnya berasal dari
penelitian-penelitian yang menggunakan analisis faktor, namun beberapa di
antaranya diproleh dari penemuan-penemuan eksperimental atau dari
penelitian-penelitian tentang tingkah
laku yang menggunakan teknik-teknik observasi sederhana. Akan tetapi keadaan
ini oleh Cattell hanya dianggap sebagai keadaan sementara, sebagaimana
terungkap dari kutipan berikut:
“Pengetahuan kami tentang spikologi
dinamik sebagian besar berasal dari metode klinis dan metode naturalistic dan
baru yang kedua berasal dari eksperimen terkontrol. Penemuan-penemuan dari yang
pertama bahkan juga yang kedua, sedang dalam proses penempatan pada sebuah
basis yang lebih kokoh dengan memakai metode-metode statistic yang lebih
canggih. Khususnya eksperimen-eksperimen da kesimpulan-kesimpulan klinis perlu
di rumuskan kembali berdasarkan konsepsi-konsepsi nyata menyangkut sifat-sifat
(khususnya dorongan-dorongan) yang benar-benar merupakan suatu kestuan dan ini
memerlukan suatu fondasi penelitian analisis faktor” (Hall & Lindzey,
1993).
Cattell berpendapat bahwa tugas terinci
untuk merumuskan kepribadian harus menunggu suatu penjabaran yang tuntas
tentang konsep-konsep yang direncanakan akan dipakai oleh sang teoretikus dalam
penelitiannya tentang tingkah laku.
Definisi yang umum, kepribadian adalah
sesuatu yang memungkinkan predikat tentang apa yang akan dikerjakan seseorang
dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian psikologis dalam bidang kepribadian
adalah menetapkan hukum-hukum tentang apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang
yang berbeda dalam segala macam situasi sosial dan situasi lingkungan
seumumnya. Kepribadian berkenaan dengan semua tingkah laku individu, baik yang
terbuka maupun yang tersembunyi.
Kepribadian sebagai struktur
sifat-sifat (traits) yang kompleks
dan terdiferensi yang motivasinya sebagian besar trgantung pada salah satu
gugus dari sifat-sifat ini, yang disebut dynamic
traits atau sifat-sifat dinamik. Sifat-sifat, sifat merupakan yang
terpenting dari konsep Cattell, sifat adalah “struktur mental”, suatu
penyimpulan yang didasarkan pada tingkah laku yang dapat diobservasi untuk
menjelaskan keteraturan atau regularitas atau konsistensi dalam tingkah laku.
Fokusnya adalah pembedaan antara surface
traits atau sifat-sifat permukaan, yakni gugus variabel yang nampak atau
terbuka dan yang seperti saling berhubungan dan source traits atau sifat-sifat sumber, yakni variabel dibalik
layar, yang menentukan berbagai manifestasi pada permukaan.
Sifat-sifat Abilitas dan Temperamen,
dalam pandangan Cattell, ada tiga sumber data utama tentang kepribadian, yakni:
life record atau catatan riwayat hidup atau data-L; self-rating questionnaire
atau kuesioneer penilaian-diri atau data-Q; dan objective test atau tes
objektif atau data-T. Sumber pertama yakni data-L, pada dasarnya merupakan
catatan-catatan tentang tingkah laku seseorang di masyarakat. Self-rating atau
penilaian diri (data-Q) sebaliknya merupakan pernyataan orang yang bersangkutan
tentang tingkah lakunya sendiri, dengan demikian memberikan sejenis “sisi
dalam” terhadap catatan luar yang
dihasilkan oleh data-L. Tes objektif (data-T) berpangkal pada kemungkinan
ketiga yakni penciptaan situasi-situasi khusus di mana tingkah laku seseorang
dapat diskor secara objektif.
1.
Kategori Kepemilikan
Trait Umum - Trait Khusus (Common – Unique Traits)
a.
Trait umum adalah trait yang dimiliki oleh semua orang, dalam
tingkatan-tingkatan tertentu. Misalnya inteligensi, introversi, dan suka
berteman. Sifat universal dari trait umum mungkin dilatarbelakangi oleh
hereditas manusia yang kurang-lebih sama, dan individu yang berada pada
kelompok budaya yang sama menghadapi pola tekanan sosial yang hampir sama pula.
Sudut pandangnya agak berbeda dengan trait umum dari Allport, yang membatasi
sifat umum sebagai sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang. Cattell
mementingkan universalitas, sehingga sifat umum itu dimiliki dalam kadar yang
berbeda-beda, sedang Allport mementingkan kesamaan sifat sehingga
kepemilikannya lebih terbatas pada kelompok tertentu saja.
b.
Trait khusus adalah trait yang dimiliki satu orang saja (bias juga
dimilki oleh beberapa orang dengan
kombinasi antar trait yang berbeda). Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interes dan
atitud.
2.
Kategori Kedalaman
Trait Permukaan – Trait Sumber (Surface-Source Traits)
- Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya, remaja yang lincah, menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin dapat dikatakan memiliki trait yang periang (surface traits cheerfulness). Sebaliknya remaja yang senang mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram, dan tampak kelelahan, dikatakan miliki sifat permukaan depresif.
- Traits sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tinkah laku, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor. Berbagai trait permukaan dicari introkoneksinya atau faktor-faktornya, untuk menentukan unit yang mempengaruhi dan melatarbelakangi trait-trait itu. Trait sumber ini bersifat konstitusional (dibawa sejak lahir), atau bersifat bentukan lingkungan (environmental mold). Menurut Cattell trait sumber yang ketika berinteraksi dengan lingkungan menjadi trait permukaan, lebih penting dalam pemahaman tingkah laku, sehingga disebut juga trait primer. Jumlah trait sumber jauh lebih kecil disbanding jumlah trait permukaan, sehingga lebih ekonomis dalam mendeskripsi tingkah laku.
3. Kategorio Modalitas Ekspresi:
Trait Kemampuan – Temperamen - Dinamik (Ability-Temperament-Dynamic
Traits)
a. Trait kemampuan: menentukan
keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan, contoh: kecerdasan.
b.
Trait
temperamen: gaya atau birama tingkah laku.
Contoh:
ketenangan atau kegugupan, keberanian, santai, mudah terangsang.
c.
Trait dinamik:
motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.
. Contoh:
dorongan, interes, dan ambisi menguasai sesuatu.
C. Klasifikasi
Trait: 16 PF
Cattell meneliti trait sumber dengan
mengumpulkan 4000 sifat manusia (sebagian besar diperoleh dari kamus yang
disusun oleh Allport dan Obert), yang kemudian Cattell ringkas dengan cara mengelompokan
sifat yang mirip dan menghilangkan istilah yang asing dan metaforik, menjadi
200 sifat. Memakai metode kluster (mirip analisis faktor tetapi lebih
sederhana), 200 sifat itu dikelompokkan dan diperas menjadi 35 sifat (dinamakan
35 sifat sumber atau sifat primer, masing-masing diberi simbol huruf yang
berbeda). 35 sifat itu terbagi menjadi dua kelompok, 23 sifat populasi normal
dan 12 sifat populasi berdimensi patologis. Sesudah dilakukan analisis faktor
terhada 23 sifat primer dari populasi normal, ditentukan 16 sifat primer yang
satu dengan lainnya saling asing. 16 sifat sumber (sifat primer ini dinamakan
faktor primer, oleh Cattell kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan
instrument pengukuran kepribadian yang terkenal, yakni 16 Persoality Faktor Questionnair (16 PF Questionnaire). Sisanya, 7 sifat populasi normal dinamakan
Faktor Primer non 16 PF. Rangkuman pengelompokan faktor sumber ada pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Ikhtisar 35 Faktor Prima
|
23 Faktor Primer Normal
|
12 Faktor-Primer Patologis
|
|
|
16 Faktor Primer
|
7 Faktor Primer non 16 PF
|
|
|
A – B – C- E – F – G – H – I – L-
M – N – O – Q1 – Q2 – Q3 – Q4
|
D – J – K – P – Q5 –Q6 –Q7
|
D1 – D2 – D3 – D4 – D5 – D6 – D7 –
Pa – Pp – Sc – As – Ps
|
Sumber:
Alwilsol (2009)
Deskripsi singkat setiap faktor ada
pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Deskripsi 35 Faktor Primer
|
16 Faktor Primer (16 PF)
|
||||
|
Skor Rendah
|
Simbol
|
Nama Faktor
|
Simbol
|
Skor Tinggi
|
|
Reserved
Tidak
Ramah
|
A
-
|
Sizia - Affectia
|
A
+
|
Outgoing
Ramah
|
|
Less Intelligence
Kurang Cerdas
|
B
-
|
Intellegence
|
B
+
|
More
intelegence Lebih cerdas
|
|
Emotional
Emosional
|
C
-
|
Ego Strength
|
C
+
|
Stable
Stabil
|
|
Humble
Rendah
hati
|
E
-
|
Submissive- Dominance
|
E
+
|
Assertive
Tegas, sombong
|
|
Sober
Bijak,
berfikir tenang
|
F
-
|
Disurgency-Surgency
|
F
+
|
Happy-go-lucky
Riang-ceria
|
|
Expedient
Ceroboh
|
G
-
|
Superego-Strenght
|
G
+
|
Conscientious
Cermat
|
|
Shy
Malu
|
H
-
|
Threctia-Parmia
|
H
+
|
Bold
Berani
|
|
Toughminded
Keras
hati
|
I
-
|
Harria-Premsia
|
I
+
|
Tenderminded
Lembut hati
|
|
Trusting
Mudah
percaya
|
L
-
|
Alaxia-Protension
|
L
+
|
Suspicious
Curiga
|
|
Practical
Praktis
|
M
-
|
Praxernia-Autia
|
M
+
|
Imaginative
Imajinatif
|
|
Fortright
Jujur-apa
adanya
|
N
-
|
Artlessness-shrewdness
|
N
+
|
Shrwed
Cerdik
|
|
Placid
Tenang-aman
|
O
-
|
Assurance-guilt proneness
|
O
+
|
Apprehensive
Khawatir
|
|
Traditional
Kolot
|
Q1
-
|
Conservative-Radicalims
|
Q1
+
|
Experimenting
Senang hal baru
|
|
Group-tied
Terikat
kelompok
|
Q2
-
|
Group Adherence-Self
Suficient
|
Q2
+
|
Self
Suficient
Mandiri
|
|
Casual
Sembarangan
|
Q3
-
|
Low Integration-High Self Concept
|
03
+
|
Controlled
Teratur-rapi
|
|
Relaxed
Santai
|
Q4
-
|
Ergic Tension
|
Q4
+
|
Tense
Tegang
|
|
Inaktif
|
D
-
|
Phlegmatic Temperament-Excitability
|
D
+
|
Overaktif
|
|
Suka
aksi kelompok
|
J
-
|
Zeppia-Coasthenia
|
J
+
|
Reflektif
|
|
Tidak
peduli sosial
|
K
-
|
Social unconcern-Social role concern
|
K
+
|
Kemasakan sosial
|
|
Melankolis
|
P
-
|
Coutious inactivity-Sanguin Casualness
|
P
+
|
Spekulatif-mandiri
|
|
Mencukupi
diri sendiri
|
Q5
-
|
Lack of social concern-Groupdedication with sensed
inadequacy
|
Q5
+
|
Peduli dengan kerja sosial
|
|
Diam,
menerima
|
Q6
-
|
Self effacement-Social panace
|
Q6
+
|
Pemberontak social
|
|
Tidak
senang berbicara
|
Q7
-
|
Explicit self Expression
|
Q7
+
|
Ekspresi verbal/social
|
|
16 Faktor Primer Patologis
|
||||
|
Tidak takut sakit
|
D1
-
|
Hypochondriasis
|
D1
+
|
Takut sakit tanpa alasan
|
|
Menyenangi hidup
|
D2
-
|
Zestfulness-Suicidal disgust
|
D2
+
|
Merusak diri sendiri
|
|
Menolak petualangan
|
D3
-
|
Broading Discontent
|
D3
+
|
Berani mengambil resiko
|
|
Tenang, percaya diri
|
D4
-
|
Anxious Depression
|
D4
+
|
Tegang, kaku
|
|
Antusias dalam bekerja
|
D5
-
|
High Enercy Euphoria-Low Eneercy Depression
|
D5
+
|
Merasa kelelahan
|
|
Tidak merasa berdosa
|
D6
-
|
Guilt and Resentment
|
D6
+
|
Merasa Berdosa
|
|
Santai, ramah
|
D7
-
|
Bored Depression
|
D7
+
|
Menyendiri, menolak kontak
|
|
Mudah percaya
|
Pa
-
|
Paranoia
|
Pa
+
|
Merasa terus diamati
|
|
Menolak melanggar
|
Pp
-
|
Psychotic Deviation
|
Pp
+
|
Antisosial-kriminal
|
|
Hukum Emosi harmonis
|
Sc
-
|
Schizophrenia
|
Sc
+
|
Halusinasi
|
|
Tanpa kompulsif
|
As
-
|
Psychasthenia
|
As
+
|
Banyak kompolsif
|
|
Baik hati
|
Ps
-
|
General Psychosis
|
Ps
+
|
Mudah kehilangan akal
|
Sumber: Alwisol, 2009.
1. Faktor A. (Sizia-Affectia)
Faktor yang paling besar proporsinya, mirip dengan
polarisasi tipe schizothemes-cyclothemes
dari Kretschmer. Type reserved = schizothemes adalah orang yang menarik
diri, halunisasi, cenderung mempunyai bentuk tubuh tinggi kurus. Type outgoing
= cyclothemes adalah orang yang
ramah, senang tertawa dan cenderung memiliki bentuk tubuh gemuk pendek.
2. Faktor
B (Inteligence)
Faktor yang berhubungan dengan
kecerdasan dan kemampuan berfikir pada umumnya. Nilai rendah atau tinggi dari
faktor ini berhubungan dengan tes inteligensi, tingkat pendidikan, kemampuan
berfikir dan logika.
3. Faktor C (Ego Strenght)
Faktor ini ditemukan melalui analisis
faktor. Mirip dengan konsep kekuatan ego pada psikoanalisis, orang yang
neurotik cenderung memiliki kekuatan ego yang rendah. Begitu pula alkoholik,
adiksi narkotik, delingkuen, dan putus sekolah memiliki ego yang rendah.
Hakekat faktor ini adalah kekuatan untuk mengontrol impuls dan menangani
masalah dengan realistik.
4. Faktor E (Submassive-Dominance)
Orang yang dominan pada faktor E adalah orang yang
percaya diri, sombong, congkak, agresif, bersemangat, bertenaga, berkemauan,
mementingkan diri sendiri. Sebaliknya E- cenderung ragu-ragu, rendah hati,
ogah-ogahan, lembut, diam, dan penurut. Ini berarti E+ dan E- sama-sama mempunyai
sifat positif (yang dikehendaki) dan sifat negatif (yang tidak dikehendaki).
5. Faktor F (Disurgency-Surgency)
Faktor yang proporsinya paling besar
pada masa anak-anak, dan tetap penting pada usia dewasa. Diperkirakan oleh
Cattell trait ini dipengaruhi oleh keturunan sebesar 55%. Orang yang
disurgensinya tinggi (F-) adalah orang yang depresi, pesimistik, seklusif,
kelelahan, lemah, introspektif, dan khawatir. Sebaliknya surgensi (F+) ditandai
oleh sifat penggembira, ramah, mudah bergaul, responsif, bersemangat, jenaka,
humoris, dan senang bicara.
6. Faktor G (Superego Strength)
Faktor mirip dengan konsep superego
dari Freud, orang yang superegonya kuat cenderung memiliki ketetapan atau setia
dengan tujuan mengejar tujuan ideal, dan peduli dengan kontrol diri terhadap
tingkahlaku.
7. Faktor H (Threctia-parmia)
Faktor ini dipengaruhi oleh keturunan
sekitar 40%. Threctia (H-) adalah reaksi bahaya dari sistem simpatetik (malu,
takut-takut, menyendiri, dan menahan diri), sedang parmia (H+) bercirikan dominasi
syaraf parasimpatik (pemberani, penjelajah, senang berkelompok, periang,
responsif).
8. Faktor I (Harria-premsia)
Harria berhubungan dengan sikap
disiplin dari orang tua, sedang premsia berhubungan dengan proteksi yang
berlebihan dari orang tua, I- menjadi orang yang masak, independent, realistik,
dan mencukupi diri sendiri. I+ adalah orang yang tidak sabaran, banyak
tuntutan, tidak masak, sopan, sentimental, imajinatif, kreatif, dan kecemasan.
Budaya yang lama cenderung premsik, sedang budaya pionir lebih harrik.
9. Faktor L (Alaxia-Protension)
Alaxia diambil dari kata relaxation,
sedang pretension adalah gabungan dari projection dan tension. Orang yang
protensif cenderung mudah curiga, cemburu, dan menarik diri, sedang alaxis
mudah percaya, memahami, dan sabar.
10. Faktor M (Praxernia-Autia)
Praxernia (M-) merupakan gabungan dari
istilah practical dan concerned. Sifat ini mengacu pada orang
yang konvensional, praktis, sadar tujuan, logis, dan khawatir. Autia (M+) dari
kata autistic, orang yang tidak konvensional,
kritis-rewel, perhatiannya terserap, imajinatif, dan intelektual. M+ pada orang
neurotik menjadi terserap dengan pikirannya sendiri, dan tidak peduli dengan
rencana praktis, orang ini cenderung kehilangan kebutuhan terhadap realitas
eksternal. Sebaliknya orang dengan tipe (M-) peduli dengan kebutuhan terhadap
lingkungan, cenderung memperhatikan detail. (M-) ini menurut Cattell dapat
menjadi dasar dari gejala obsesif-kompulsif.
11. Faktor N (Artlessness-Shrewdness)
N- adalah ciri orang yang naïf, rendah
hati- bersahaja, dan spontan, sedang N+ bercirikan materialis, cerdik,
berpandangan luas, pintar.
12. Faktor O (Assurance-Guild Proneness)
O- adalah orang yang percaya diri,
ulet, tabah, dan tenang. O+ adalah trait yang ditemukan pada orang-orang yang
patologis, alkoholik, kriminal, manis depresif. Mereka hanya memiliki teman
terbatas dengan standar hidup yang tidak normal, selalu khawatir dan merasa
berdosa.
13. Faktor Q1 (Conservative-Radicalims)
Q2
(Group Adherence-Selfsufficient)
Q3
(Low Integration-High Self Concept)
Q4 (Ergic
Tension)
Empat faktor ini proporsi pengaruhnya
terhadap tingkah laku hanya kecil. Semuanya menjelaskan tentang self, dan satu
dengan yang lain saling berhubungan walaupun bentuk sifatnya berbeda-beda. Orang
yang konservatif cenderung terikat dengan kelompok, integrasi dirinya kurang
sehingga lebih santai dalam memperjuangkan sesuatu. Sebaliknya, orang yang
radikal cenderung mandiri, percaya diri, dan bersemangat.
D. Organisasi Dinamis Kepribadian (ERG,
Sentiment, Attitude)
1. Dorongan
Pembawaan (ERG)
Dorongan
atau motif pembawaan oleh Cattell disebur ERG. ERG berasal dari Ergon [Yunani] yang berarti kerja atau
enargi. Semua dorongan primer yang dibawa bersama kelahiran disebut ERG, seprti
seks, lapar, haus, rasa ingin tahu, marah, dan motif-motif lainnya yang
biasanya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga dimiliki oleh primate dan
mamalia lainnya. Tidak seperti psikolonalis yang menentukan drive apa saja yang
dimiliki manusai secara subyektif, Cattell kembali memakai ananlisis faktor
terhadap data T dari sampel anak-anak dan orang dewasa dari berbagai budaya.
Pendekatan itu memetakan motivasi manusia secara matematis alih. Alih secara
logis. Dari pendekatan statistic itu, Cattell
menemukan 10 ERG, yang sebagian besar juga ditemukan pada binatang
karena ternyata trait dinamik itu ada pada semua budaya. Faktor ERG pada
manusia ekuivalen dengan pola insting binatang. Secara keseluruhan, peta erg
manusia terdiri dari 10 ERG independent, 4 ERG yang independensinya kurang
jelas, dan 2 erg yang dipertanyakan nilainya sebagai faktor hereditas
sebagaimana table berikut ini:
Tabel 3. Daftar Peta ERG Manusia
|
Tujuan Utama
|
Dorongan Emosi
|
Status Pembuktian
|
|
Mencari makan Berpasangan Berteman
Perlindungan orang tua, Eksplorasi Keamanan Kepercayaan diri Seks Narkistis
Suka berkelai Memiliki
|
Lapar Seks Kesendirian Kasih
sayang Ingintahu Takut Bangga Kenikmatan
Marah Tamak
|
Dikenali secara konsisten dan
independent
|
|
Bantuan Istirahat Penciptaan
Rendah hati
|
Putus asa
Mengantuk Kreatif Rendah hati
|
Tidak pasti sifat independensinya
|
|
Muak Tertawa
|
Muak Kesenangan
|
Faktor yang masih dipertanyakan
|
Sumber: Alwisol, 2009.
2. Sentiment (Sentiment)
Sentiment sering disebut Cattell sems, akronim dari
“sosially shaped ergic manifold” (bermacam-macam ERG yang dibentuk secara
sosial). Sentiment adalah organisasi struktur keseimbangan attitude, yang memperoleh energi belajar
dari ERG tetapi dibentuk oleh hasil belajar. Sentiment merupakan sumber
motivasi yang penting karena kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar
institusi sosial yang menonjol (misalnya karir, agama) atau disekitar orang
yang penting (orang tua, pasangan, self),
dia dibutuhkan oleh lingkungan sosial dan memuaskan beberapa ERG pada saat yang
sama. Attitude adalah aksi atau keinginan melakukan aksi sebagai respon
terhadap situasi tertentu, yang kalau dilacak asal-muasalnya akan sampai ke
dorongan primer bawaan–ERG. Ditengah-tengah antara attitude dengan ERG adalah
sentiment.
Hubungan dalam latise dinamik (kisi-kisi
dinamik) dari Cattell dapat berupa:
a.
Beberapa
sentiment dapat disubsidiasi dari satu ERG, sebaliknya beberapa erg dapat
tersubsidiasi ke satu sentiment.
b.
Beberapa
attitude dapat disubsidiasi dari satu ERG, sebaliknya beberapa ERG dapat
disubsidiasi dari satu attitude.
c.
Sentimen yang satu subsider kepada
sentiment yang lain, baik dalam bentuk subsidiasi tunggal maupun jamak.
3. Sikap (Attitude)
Sikap atau attitude
bukan pandangan tentang sesuatu seperti menolak atau menerima, senang atau
tidak senang, tetapi sikap adalah konsep tentang tingkah laku spesifik (atau
keinginan untuk bertingkahlaku tertentu) sebagai respon terhadap situasi. Misalnya,
seorang mahasiswi, Monica, ingin belajar bahsa Perancis dengan teman sekelas
tertentu, itu adalah sikap. Seperti semua attitude,
pada peristiwa itu ada stimulus atau situasi tertentu (kurikulum bahasa
Perancis), interest (intensita
tingkat keinginan mengikuti kelas), respon (pilihan teman) dan objek (kelas
bahasa Perancis). Sikap itu kemudian akan berperan sebagai motivator
tingkahlaku (belajar bahasa Perancis).
Cattell memandang motivasi sangat
kompleks, dan alur kerja motif atau kisi-kisi dinamik (dynamic lattice) motif melibatkan semua attitude. Berbagai motif, tidak semuanya disadari, ikut masuk
kedalam contoh diatas. Monica mungkin ingin menguasai bahasa Perancis untuk
mempertahankan reputasinya. Sebagai mahasiswa teladan, mungkin dia ingin dekat
dengan laki-laki yang disenanginya, atau mungkin dia sedang kesepian dan ingin
punya banyak teman. Motif-motif itu tersusun dalam satu mata rantai, satu motif
berada di bawah motif lain, ada motif yang diarahkan ke sub tujuan yang harus
dicapai sebelum mencapai tujuan berikutnya. Kalau semua motif disadari (banyak
motif yang tidak disadari), rantai subsidiasi dapat diungkap dengan pertanyaan
“mengapa?”. Motif-motif itu tersusun dalam satu mata rantai, yang satu
subsidiary dari yang lain, dan semuanya sering berakhir pada dorongan makan
yang bersifat pembawaan.
E. Pengaruh
Hereditas dan Lingkungan
Di antara pakar kepribadian, Cattell
yang paling besar perhatiannya terhadap pengaruh relatif dari keturunan dan
lingkungan dalam pembentukan kepribadian. Metoda meneliti pentingnya faktor
keturunan dan lingkungan dikenal dengan nama analisis varian abstrak jamak
(MAVA = multiple abstract variance
analysis), teknik yang membandingkan persamaan antara orang kembar diasuh
dalam satu keluarga, kembar yang diasuh keluarga yang berbeda, saudara kandung
tidak kembar yang diasuh satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang
diasuh keluarga berlainan. Hasilnya adalah perhitungan seberapa besar perbedaan
trait yang disebabkan oleh genetik dan lingkungan yang berbeda. Dari
penelitiannya, Cattell menujukkan pentingya peran keturunan pada beberapa
traits. Misalnya datanya menggunakan pengaruh keturunan terhadap kecerdasan ±
80%, malu-malu ± 80%, dan kepuasan emosional ± 30%. Adanya pengaruh keturunan
terhadap trait kecerdasan yang sangat tinggi membuat Cattell kuat berpihak
terhadap teori kelahiran selektif, yang akan menciptakan masyarakat cerdas.
Salah satu hasil penelitian yang
menarik, ternyata banyak korelasi negative anatara faktor keturunan dengan
linggkungan. Orang mengharapkan anak yang cerdas mendapat pendidikan yang baik,
ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Dalam hal trait, ada kecendrungan lingkungan tidak
menghargai bahkan memeksa faktor keturunan untuk berubah atau menyesuaikan
diri. Misalnya, ketika orang dewasa mengajari anak memakai tangan kanan
alih-alih tangan kiri, atau mengajari menghilangkan rsasa malu. Gejala ini dinamakan Cattell: Hukum
pemaksaan ke Arah Rerata Sosial (Law of
Coercion to Biososial Mean). Ada banyak pranata sosial yang dapat berperan
sebagai sumber pembentukan kepribadian, yang paling penting ialah keluarga. Pranata sosial
lainnya, antara lain pekerjaan, sekolah, kelompok sebaya, agama, partai
politik, dan suku bangsa. Pranata-pranata itu mempengaruhi kepribadian melalui
salah satu dari tiga cara berikut:
1.
Pembentukan
karakter yang disengaja: masyarakat mempunyai harapan sosial bagaimana
anggotanya harus bertingkah laku, bersikap dan mengembangkan konsep diri.
2.
Faktor situasi
atau ekologi yang berdampak terkembangnya sikap tertentu dalam diri individu
yang bukan menjadi kemauan sadar masyarakat atau institusi.
3.
Akibat pola
tingkah laku yang terbentuk dari cara pertama dan kedua, individu mengalami
perubahan kepribadian lebih lanjut dalam rangka mengekspresikan atau memuaskan
motif-motif yang penting.
Penelitiannya mengenai pengaruh
lingkungan, mencakup lingkungan sekitar individu maupun lingkungan sosial dan
kultural yang luas. Sama seperti meneliti trait individu, lingkungan juga
mempunyai trait, yang oleh Cattell dinamakan sintaliti (syntality), yaitu
karakter atau atribut dari kelompok sosial yang luas. Menurutnya memahami
individu harus dilakukan dengan memahami kepribadian individu dan sintaliti
kelompok yang mempengaruhi individu itu (baik kelompok kecil maupun kelompok
yang luas).
F. Tahapan
Perkembangan
1. Tahap Bayi (Infancy, 0-6 tahun)
Periode pembentukan yang terpenting
dalam perkembangan kepribadian. Pda tahap ini individu sangat dipengaruhi oleh
orang tua dan saudara-saudaranya, dan secara alami dipengaruhi oleh pengalaman
perolehan maknan dan caranya membuang kotoran. Pengaruh-pengaruh tersebut
membentuk sikap sosial, kekuatan superego, persaan aman dan tidak aman, sikap
terhadap otoritas, dan kemungkinan kecenderungan neurotic.
2. Tahap Anak (Childhood, 6-12 tahun)
Hanya sedikit masalah psikologis yang
timbul, sehingga oleh cattell disebut periode konsolidasi, sesudah periode bayi
yang kritis. Ada awal kecendrunganmenuju kemandirian dari orang tua dan
meningkatnya identifikasi dengan sebayanya, tetapi problemnyatidak besar, kalau
dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudahnya.
3. Tahap
Adolesen (Adolenscence, 14-23 tahun)
Ini adalah periode yang paling
menyulitkan dan menekan. Kejadian kelainan mental, neurosis, dan
dilinkuensi banyak muncul pada periode
ini; begitu pula konflik disekitar dorongan kemandirian, keyakinan diri, dan
seks.
4. Tahap
Kemasakan (Maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai
dengan kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pdada umumnya orang pada usia
itu menyiapkan karir, perkawinan, dan keluarga. Kepribadian cenderung tidak
mudah berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Cattell juga menemukan hanya sedikit perubahan minat dan sikap pada tahap ini.
5. Tahap Usia Pertengahan (Middle age, 50-60/70 tahun)
Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon
terhadap perubahan fisik, sosial, dan psikologikal. Kesehatan dan
kekuatan semakin redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik pribadi.
Anak-anak meninggalkan rumah, dan mulai ada orang dekat meninggal. Biasanya
terjadi uji ulang terhadap nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup.
6. Tahap Tua (Senility, 60/70-mati)
Tahap final, melibatkan penyesuaian
sejumlah kehilangan- kematian keluarga dan sahabat, pension, kehilangan status
di masyarakat- mengikuti perasaan sendiri dan tidak aman.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, 2009, Psikologi
Kepribadian, Malang: UMM Press.
No comments:
Post a Comment