Sunday, November 10, 2013

Teori Kepribadian Menurut Cattel "trait Approach"




TRAIT APPROACH

A. Raymond Bernard Cattell
Raymond Cattell adalah seorang peneliti yang minat besarnya pada metode-metode kuantitatif tidak mempersempit spektrum perhatiannya terhadap data dan masalah-masalah psikologis. Baginya analisis faktor merupakan alat untuk menjelaskan berbagai masalah yang semuanya telah disusun dalam suatu kerangka sistematis. Teorinya merupakan suatu usaha penting dalam rangka menyatukan dan menyusun temuan-temuan dari berbagai penelitian analisis faktor tentang kepribadian. Cattell menaruh perhatian pada penemuan peneliti-peneliti yang menggunakan metode-metode penelitian lainnya, meskipun intisari pandangannya didasarkan pada hasil-hasil analisis faktor karena dari sinilah Cattell mendapatkan variabel-variabel yang dianggapnya sangat penting untuk menerangkan tingkah laku manusia.
Cattell mirip dengan Gordon Allport sebab pandangannya dapat disebut “teori sifat” (trait theory) dan mirip dengan Kurt Lewin karena kemampuannya menerjemahkan ide-ide spikologis ke dalam rumusan-rumusan matematis yang jelas. Akan tetapi dari sekalian teoretikus yang dibicarakan dalam buku ini, mungkin Cattell paling menyerupai Henry Murray. Keduanya memiliki pandangan yang luas tentang kepribadian dan telah mengembangkan sistem-sistem teoretis yang luas dan padat mencakup banyak jenis variabel yang berbeda. Keduanya sama-sama melakukan pemetaan secara empitis sampai ke sudut-sudut terjauh dari wilayah kepribadian, dan keduanya sama-sama menghasilkan sejumlah besar konstruk, yang secara opersional dihubungkan dengan data, dan yang sering diberi nama yang aneh-aneh.
Kedua teoritikus itu sangat menekankan konstruk-konstruk motivasi: Murray  menyebutnya “needs” atau kebutuhan-kebutuhan, sedangkan Cattell menyebutnya “dynamic traits” atau sifat-sifat dinamik: keduanya banyak menggunakan perumusan spikoanalitis; dan memberikan status teoretis yang sistematik pada lingkungan maupun pada sang pribadi. Salah satu perbedaan yang mencolok antara keduanya tentu saja adalah kegandrungan Cattell pada suatu metodologi statistik khusus, yakni analisis faktor.
Raymond Bernard Cattell lahir di Staffordshire, Inggris, pada tahun 1905 dan menyelesaikan sumua pendidikannya di Inggris. Ia mendapat gelar B.Sc. dari Universitas London pada tahun 1924 dalam bidang kimia, dan Ph.D dalam bidang spikologi di bawah bimbingan Spearman di institut yang sama pada tahun 1929. ia menjadi dosen pada University College of  the South West, Exeter, Inggris, tahun 1928-1931 dan menjadi direktur City Psychological Clinic di Leicester, Inggris, tahun 1932-1937.

B. Kategori Traits
Sistem kontruk-konstruk yang dikemukakan Cattell merupakan salah satu dari antara yang paling kompleks dari sekalian teori yang kita bahas dalam buku ini. Meskipun konsep-konsep ini mendapatkan warna khasnya dan dalam  banyak hal, definisi empiris konsep-konsepnya berasal dari penelitian-penelitian yang menggunakan analisis faktor, namun beberapa di antaranya diproleh dari penemuan-penemuan eksperimental atau dari penelitian-penelitian tentang  tingkah laku yang menggunakan teknik-teknik observasi sederhana. Akan tetapi keadaan ini oleh Cattell hanya dianggap sebagai keadaan sementara, sebagaimana terungkap dari kutipan berikut:
“Pengetahuan kami  tentang spikologi dinamik sebagian besar berasal dari metode klinis dan metode naturalistic dan baru yang kedua berasal dari eksperimen terkontrol. Penemuan-penemuan dari yang pertama bahkan juga yang kedua, sedang dalam proses penempatan pada sebuah basis yang lebih kokoh dengan memakai metode-metode statistic yang lebih canggih. Khususnya eksperimen-eksperimen da kesimpulan-kesimpulan klinis perlu di rumuskan kembali berdasarkan konsepsi-konsepsi nyata menyangkut sifat-sifat (khususnya dorongan-dorongan) yang benar-benar merupakan suatu kestuan dan ini memerlukan suatu fondasi penelitian analisis faktor” (Hall & Lindzey, 1993).

Cattell berpendapat bahwa tugas terinci untuk merumuskan kepribadian harus menunggu suatu penjabaran yang tuntas tentang konsep-konsep yang direncanakan akan dipakai oleh sang teoretikus dalam penelitiannya tentang tingkah laku.
Definisi yang umum, kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan predikat tentang apa yang akan dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian psikologis dalam bidang kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum tentang apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang yang berbeda dalam segala macam situasi sosial dan situasi lingkungan seumumnya. Kepribadian berkenaan dengan semua tingkah laku individu, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi.
Kepribadian sebagai struktur sifat-sifat (traits) yang kompleks dan terdiferensi yang motivasinya sebagian besar trgantung pada salah satu gugus dari sifat-sifat ini, yang disebut dynamic traits atau sifat-sifat dinamik. Sifat-sifat, sifat merupakan yang terpenting dari konsep Cattell, sifat adalah “struktur mental”, suatu penyimpulan yang didasarkan pada tingkah laku yang dapat diobservasi untuk menjelaskan keteraturan atau regularitas atau konsistensi dalam tingkah laku. Fokusnya adalah pembedaan antara surface traits atau sifat-sifat permukaan, yakni gugus variabel yang nampak atau terbuka dan yang seperti saling berhubungan dan source traits atau sifat-sifat sumber, yakni variabel dibalik layar, yang menentukan berbagai manifestasi pada permukaan.
Sifat-sifat Abilitas dan Temperamen, dalam pandangan Cattell, ada tiga sumber data utama tentang kepribadian, yakni: life record atau catatan riwayat hidup atau data-L; self-rating questionnaire atau kuesioneer penilaian-diri atau data-Q; dan objective test atau tes objektif atau data-T. Sumber pertama yakni data-L, pada dasarnya merupakan catatan-catatan tentang tingkah laku seseorang di masyarakat. Self-rating atau penilaian diri (data-Q) sebaliknya merupakan pernyataan orang yang bersangkutan tentang tingkah lakunya sendiri, dengan demikian memberikan sejenis “sisi dalam”  terhadap catatan luar yang dihasilkan oleh data-L. Tes objektif (data-T) berpangkal pada kemungkinan ketiga yakni penciptaan situasi-situasi khusus di mana tingkah laku seseorang dapat diskor secara objektif.

1.   Kategori Kepemilikan
Trait Umum - Trait Khusus (Common – Unique Traits)
a.  Trait umum adalah trait yang dimiliki oleh semua orang, dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Misalnya inteligensi, introversi, dan suka berteman. Sifat universal dari trait umum mungkin dilatarbelakangi oleh hereditas manusia yang kurang-lebih sama, dan individu yang berada pada kelompok budaya yang sama menghadapi pola tekanan sosial yang hampir sama pula. Sudut pandangnya agak berbeda dengan trait umum dari Allport, yang membatasi sifat umum sebagai sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang. Cattell mementingkan universalitas, sehingga sifat umum itu dimiliki dalam kadar yang berbeda-beda, sedang Allport mementingkan kesamaan sifat sehingga kepemilikannya lebih terbatas pada kelompok tertentu saja.
b.  Trait khusus adalah trait yang dimiliki satu orang saja (bias juga dimilki  oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda). Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interes dan atitud.
2.   Kategori Kedalaman
Trait Permukaan – Trait Sumber (Surface-Source Traits)
  1. Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya, remaja yang lincah, menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin  dapat dikatakan memiliki trait yang periang (surface traits cheerfulness). Sebaliknya remaja yang senang mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram, dan tampak kelelahan, dikatakan miliki sifat permukaan depresif.
  2. Traits sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tinkah laku, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor. Berbagai trait permukaan dicari introkoneksinya atau faktor-faktornya, untuk menentukan unit yang mempengaruhi dan melatarbelakangi trait-trait itu. Trait sumber ini bersifat konstitusional (dibawa sejak lahir), atau bersifat bentukan lingkungan (environmental mold). Menurut  Cattell trait sumber yang ketika berinteraksi dengan lingkungan menjadi trait permukaan, lebih penting dalam pemahaman tingkah laku, sehingga disebut juga trait primer. Jumlah trait sumber jauh lebih kecil disbanding jumlah trait permukaan, sehingga lebih ekonomis dalam mendeskripsi tingkah laku.

3. Kategorio Modalitas Ekspresi: Trait Kemampuan – Temperamen - Dinamik (Ability-Temperament-Dynamic Traits)
a.       Trait kemampuan: menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan, contoh: kecerdasan.
b.       Trait temperamen: gaya atau birama tingkah laku.
Contoh: ketenangan atau kegugupan, keberanian, santai, mudah terangsang.
c.       Trait dinamik: motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.
.      Contoh: dorongan, interes, dan ambisi menguasai sesuatu.

C. Klasifikasi Trait: 16 PF
Cattell meneliti trait sumber dengan mengumpulkan 4000 sifat manusia (sebagian besar diperoleh dari kamus yang disusun oleh Allport dan Obert), yang kemudian Cattell ringkas dengan cara mengelompokan sifat yang mirip dan menghilangkan istilah yang asing dan metaforik, menjadi 200 sifat. Memakai metode kluster (mirip analisis faktor tetapi lebih sederhana), 200 sifat itu dikelompokkan dan diperas menjadi 35 sifat (dinamakan 35 sifat sumber atau sifat primer, masing-masing diberi simbol huruf yang berbeda). 35 sifat itu terbagi menjadi dua kelompok, 23 sifat populasi normal dan 12 sifat populasi berdimensi patologis. Sesudah dilakukan analisis faktor terhada 23 sifat primer dari populasi normal, ditentukan 16 sifat primer yang satu dengan lainnya saling asing. 16 sifat sumber (sifat primer ini dinamakan faktor primer, oleh Cattell kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan instrument pengukuran kepribadian yang terkenal, yakni 16 Persoality Faktor Questionnair (16 PF Questionnaire). Sisanya, 7 sifat populasi normal dinamakan Faktor Primer non 16 PF. Rangkuman pengelompokan faktor sumber  ada pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Ikhtisar 35 Faktor Prima

23 Faktor Primer Normal
12 Faktor-Primer Patologis
16 Faktor Primer
7 Faktor Primer non 16 PF
A – B – C- E – F – G – H – I – L- M – N – O – Q1 – Q2 – Q3 – Q4
D – J – K – P – Q5 –Q6 –Q7
D1 – D2 – D3 – D4 – D5 – D6 – D7 – Pa – Pp – Sc – As – Ps
Sumber: Alwilsol (2009)

Deskripsi singkat setiap faktor ada pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Deskripsi 35 Faktor Primer

16 Faktor Primer (16 PF)
Skor Rendah
Simbol
Nama Faktor
Simbol
Skor Tinggi
Reserved
Tidak Ramah
A -
Sizia - Affectia
A +
Outgoing
Ramah
Less Intelligence Kurang Cerdas
B -
Intellegence
B +
More intelegence Lebih cerdas
Emotional
Emosional
C -
Ego Strength
C +
Stable
Stabil
Humble
Rendah hati
E -
Submissive- Dominance
E +
Assertive
Tegas, sombong
Sober
Bijak, berfikir tenang
F -
Disurgency-Surgency
F +
Happy-go-lucky
Riang-ceria
Expedient
Ceroboh
G -
Superego-Strenght
G +
Conscientious
Cermat
Shy
Malu
H -
Threctia-Parmia
H +
Bold
Berani
Toughminded
Keras hati
I -
Harria-Premsia
I +
Tenderminded
Lembut hati
Trusting
Mudah percaya
L -
Alaxia-Protension
L +
Suspicious
Curiga
Practical
Praktis
M -
Praxernia-Autia
M +
Imaginative
Imajinatif
Fortright
Jujur-apa adanya
N -
Artlessness-shrewdness
N +
Shrwed
Cerdik
Placid
Tenang-aman
O -
Assurance-guilt proneness
O +
Apprehensive
Khawatir
Traditional
Kolot
Q1 -
Conservative-Radicalims
Q1 +
Experimenting
Senang hal baru
Group-tied
Terikat kelompok
Q2 -
Group Adherence-Self
Suficient
Q2 +
Self Suficient
Mandiri
Casual
Sembarangan
Q3 -
Low Integration-High Self Concept
03 +
Controlled
Teratur-rapi
Relaxed
Santai
Q4 -
Ergic Tension
Q4 +
Tense
Tegang
Inaktif
D -
Phlegmatic Temperament-Excitability
D +
Overaktif
Suka aksi kelompok
J -
Zeppia-Coasthenia
J +
Reflektif
Tidak peduli sosial
K -
Social unconcern-Social role concern
K +
Kemasakan sosial
Melankolis
P -
Coutious inactivity-Sanguin Casualness
P +
Spekulatif-mandiri
Mencukupi diri sendiri
Q5 -
Lack of social concern-Groupdedication with sensed inadequacy
Q5 +
Peduli dengan kerja sosial
Diam, menerima
Q6 -
Self effacement-Social panace
Q6 +
Pemberontak social
Tidak senang berbicara
Q7 -
Explicit self Expression
Q7 +
Ekspresi verbal/social
16 Faktor Primer Patologis
Tidak takut sakit
D1 -
Hypochondriasis
D1 +
Takut sakit tanpa alasan
Menyenangi hidup
D2 -
Zestfulness-Suicidal disgust
D2 +
Merusak diri sendiri
Menolak petualangan
D3 -
Broading Discontent
D3 +
Berani mengambil resiko
Tenang, percaya diri
D4 -
Anxious Depression
D4 +
Tegang, kaku
Antusias dalam bekerja
D5 -
High Enercy Euphoria-Low Eneercy Depression
D5 +
Merasa kelelahan
Tidak merasa berdosa
D6 -
Guilt and Resentment
D6 +
Merasa Berdosa
Santai, ramah
D7 -
Bored Depression
D7 +
Menyendiri, menolak kontak
Mudah percaya
Pa -
Paranoia
Pa +
Merasa terus diamati
Menolak melanggar
Pp -
Psychotic Deviation
Pp +
Antisosial-kriminal
Hukum Emosi harmonis
Sc -
Schizophrenia
Sc +
Halusinasi
Tanpa kompulsif
As -
Psychasthenia
As +
Banyak kompolsif
Baik hati
Ps -
General Psychosis
Ps +
Mudah kehilangan akal
Sumber: Alwisol, 2009.
1.  Faktor A. (Sizia-Affectia)
Faktor yang paling besar proporsinya, mirip dengan polarisasi tipe schizothemes-cyclothemes dari Kretschmer. Type reserved = schizothemes adalah orang yang menarik diri, halunisasi, cenderung mempunyai bentuk tubuh tinggi kurus. Type outgoing = cyclothemes adalah orang yang ramah, senang tertawa dan cenderung memiliki bentuk tubuh gemuk pendek.
2. Faktor B  (Inteligence)
Faktor yang berhubungan dengan kecerdasan dan kemampuan berfikir pada umumnya. Nilai rendah atau tinggi dari faktor ini berhubungan dengan tes inteligensi, tingkat pendidikan, kemampuan berfikir dan logika.
3. Faktor C (Ego Strenght)
Faktor ini ditemukan melalui analisis faktor. Mirip dengan konsep kekuatan ego pada psikoanalisis, orang yang neurotik cenderung memiliki kekuatan ego yang rendah. Begitu pula alkoholik, adiksi narkotik, delingkuen, dan putus sekolah memiliki ego yang rendah. Hakekat faktor ini adalah kekuatan untuk mengontrol impuls dan menangani masalah dengan realistik.
4. Faktor E (Submassive-Dominance)
Orang yang dominan pada faktor E adalah orang yang percaya diri, sombong, congkak, agresif, bersemangat, bertenaga, berkemauan, mementingkan diri sendiri. Sebaliknya E- cenderung ragu-ragu, rendah hati, ogah-ogahan, lembut, diam, dan penurut. Ini berarti E+ dan E- sama-sama mempunyai sifat positif (yang dikehendaki) dan sifat negatif (yang tidak dikehendaki).
5. Faktor F (Disurgency-Surgency)
Faktor yang proporsinya paling besar pada masa anak-anak, dan tetap penting pada usia dewasa. Diperkirakan oleh Cattell trait ini dipengaruhi oleh keturunan sebesar 55%. Orang yang disurgensinya tinggi (F-) adalah orang yang depresi, pesimistik, seklusif, kelelahan, lemah, introspektif, dan khawatir. Sebaliknya surgensi (F+) ditandai oleh sifat penggembira, ramah, mudah bergaul, responsif, bersemangat, jenaka, humoris, dan senang bicara.

6. Faktor G (Superego Strength)
Faktor mirip dengan konsep superego dari Freud, orang yang superegonya kuat cenderung memiliki ketetapan atau setia dengan tujuan mengejar tujuan ideal, dan peduli dengan kontrol diri terhadap tingkahlaku.
7. Faktor H (Threctia-parmia)
Faktor ini dipengaruhi oleh keturunan sekitar 40%. Threctia (H-) adalah reaksi bahaya dari sistem simpatetik (malu, takut-takut, menyendiri, dan menahan diri), sedang parmia (H+) bercirikan dominasi syaraf parasimpatik (pemberani, penjelajah, senang berkelompok, periang, responsif).
8. Faktor I (Harria-premsia)
Harria berhubungan dengan sikap disiplin dari orang tua, sedang premsia berhubungan dengan proteksi yang berlebihan dari orang tua, I- menjadi orang yang masak, independent, realistik, dan mencukupi diri sendiri. I+ adalah orang yang tidak sabaran, banyak tuntutan, tidak masak, sopan, sentimental, imajinatif, kreatif, dan kecemasan. Budaya yang lama cenderung premsik, sedang budaya pionir lebih harrik.
9. Faktor L (Alaxia-Protension)
Alaxia diambil dari kata relaxation, sedang pretension adalah gabungan dari projection dan tension. Orang yang protensif cenderung mudah curiga, cemburu, dan menarik diri, sedang alaxis mudah percaya, memahami, dan sabar.
10. Faktor M (Praxernia-Autia)
Praxernia (M-) merupakan gabungan dari istilah practical dan concerned. Sifat ini mengacu pada orang yang konvensional, praktis, sadar tujuan, logis, dan khawatir. Autia (M+) dari kata autistic, orang yang tidak konvensional, kritis-rewel, perhatiannya terserap, imajinatif, dan intelektual. M+ pada orang neurotik menjadi terserap dengan pikirannya sendiri, dan tidak peduli dengan rencana praktis, orang ini cenderung kehilangan kebutuhan terhadap realitas eksternal. Sebaliknya orang dengan tipe (M-) peduli dengan kebutuhan terhadap lingkungan, cenderung memperhatikan detail. (M-) ini menurut Cattell dapat menjadi dasar dari gejala obsesif-kompulsif.

11. Faktor N (Artlessness-Shrewdness)
N- adalah ciri orang yang naïf, rendah hati- bersahaja, dan spontan, sedang N+ bercirikan materialis, cerdik, berpandangan luas, pintar.
12. Faktor O (Assurance-Guild Proneness)
O- adalah orang yang percaya diri, ulet, tabah, dan tenang. O+ adalah trait yang ditemukan pada orang-orang yang patologis, alkoholik, kriminal, manis depresif. Mereka hanya memiliki teman terbatas dengan standar hidup yang tidak normal, selalu khawatir dan merasa berdosa.
13. Faktor      Q1 (Conservative-Radicalims)
                        Q2 (Group Adherence-Selfsufficient)
                        Q3 (Low Integration-High Self Concept)
                        Q4 (Ergic Tension)
Empat faktor ini proporsi pengaruhnya terhadap tingkah laku hanya kecil. Semuanya menjelaskan tentang self, dan satu dengan yang lain saling berhubungan walaupun bentuk sifatnya berbeda-beda. Orang yang konservatif cenderung terikat dengan kelompok, integrasi dirinya kurang sehingga lebih santai dalam memperjuangkan sesuatu. Sebaliknya, orang yang radikal cenderung mandiri, percaya diri, dan bersemangat.

D.  Organisasi Dinamis Kepribadian (ERG, Sentiment, Attitude)
1. Dorongan Pembawaan (ERG)
            Dorongan atau motif pembawaan oleh Cattell disebur ERG. ERG berasal dari Ergon [Yunani] yang berarti kerja atau enargi. Semua dorongan primer yang dibawa bersama kelahiran disebut ERG, seprti seks, lapar, haus, rasa ingin tahu, marah, dan motif-motif lainnya yang biasanya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga dimiliki oleh primate dan mamalia lainnya. Tidak seperti psikolonalis yang menentukan drive apa saja yang dimiliki manusai secara subyektif, Cattell kembali memakai ananlisis faktor terhadap data T dari sampel anak-anak dan orang dewasa dari berbagai budaya. Pendekatan itu memetakan motivasi manusia secara matematis alih. Alih secara logis. Dari pendekatan statistic itu, Cattell  menemukan 10 ERG, yang sebagian besar juga ditemukan pada binatang karena ternyata trait dinamik itu ada pada semua budaya. Faktor ERG pada manusia ekuivalen dengan pola insting binatang. Secara keseluruhan, peta erg manusia terdiri dari 10 ERG independent, 4 ERG yang independensinya kurang jelas, dan 2 erg yang dipertanyakan nilainya sebagai faktor hereditas sebagaimana table berikut ini:
Tabel 3. Daftar Peta ERG Manusia

Tujuan Utama
Dorongan Emosi
Status Pembuktian
Mencari makan Berpasangan Berteman Perlindungan orang tua, Eksplorasi Keamanan Kepercayaan diri Seks Narkistis Suka berkelai Memiliki
Lapar Seks Kesendirian Kasih sayang Ingintahu Takut Bangga Kenikmatan  Marah Tamak
Dikenali secara konsisten dan independent
Bantuan Istirahat Penciptaan Rendah hati
Putus asa Mengantuk Kreatif Rendah hati
Tidak pasti sifat independensinya
Muak Tertawa
Muak Kesenangan
Faktor yang masih dipertanyakan
Sumber: Alwisol, 2009.

2. Sentiment (Sentiment)
Sentiment sering disebut Cattell sems, akronim dari “sosially shaped ergic manifold” (bermacam-macam ERG yang dibentuk secara sosial). Sentiment adalah organisasi struktur keseimbangan attitude, yang memperoleh energi belajar dari ERG tetapi dibentuk oleh hasil belajar. Sentiment merupakan sumber motivasi yang penting karena kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (misalnya karir, agama) atau disekitar orang yang penting (orang tua, pasangan, self), dia dibutuhkan oleh lingkungan sosial dan memuaskan beberapa ERG pada saat yang sama. Attitude adalah aksi atau keinginan melakukan aksi sebagai respon terhadap situasi tertentu, yang kalau dilacak asal-muasalnya akan sampai ke dorongan primer bawaan–ERG. Ditengah-tengah antara attitude dengan ERG adalah sentiment.

Hubungan dalam latise dinamik (kisi-kisi dinamik) dari Cattell dapat berupa:
a.       Beberapa sentiment dapat disubsidiasi dari satu ERG, sebaliknya beberapa erg dapat tersubsidiasi ke satu sentiment.
b.      Beberapa attitude dapat disubsidiasi dari satu ERG, sebaliknya beberapa ERG dapat disubsidiasi dari satu attitude.
c.       Sentimen yang satu subsider kepada sentiment yang lain, baik dalam bentuk subsidiasi tunggal maupun jamak.
3. Sikap (Attitude)
Sikap atau attitude bukan pandangan tentang sesuatu seperti menolak atau menerima, senang atau tidak senang, tetapi sikap adalah konsep tentang tingkah laku spesifik (atau keinginan untuk bertingkahlaku tertentu) sebagai respon terhadap situasi. Misalnya, seorang mahasiswi, Monica, ingin belajar bahsa Perancis dengan teman sekelas tertentu, itu adalah sikap. Seperti semua attitude, pada peristiwa itu ada stimulus atau situasi tertentu (kurikulum bahasa Perancis), interest (intensita tingkat keinginan mengikuti kelas), respon (pilihan teman) dan objek (kelas bahasa Perancis). Sikap itu kemudian akan berperan sebagai motivator tingkahlaku (belajar bahasa Perancis).
Cattell memandang motivasi sangat kompleks, dan alur kerja motif atau kisi-kisi dinamik (dynamic lattice) motif melibatkan semua attitude. Berbagai motif, tidak semuanya disadari, ikut masuk kedalam contoh diatas. Monica mungkin ingin menguasai bahasa Perancis untuk mempertahankan reputasinya. Sebagai mahasiswa teladan, mungkin dia ingin dekat dengan laki-laki yang disenanginya, atau mungkin dia sedang kesepian dan ingin punya banyak teman. Motif-motif itu tersusun dalam satu mata rantai, satu motif berada di bawah motif lain, ada motif yang diarahkan ke sub tujuan yang harus dicapai sebelum mencapai tujuan berikutnya. Kalau semua motif disadari (banyak motif yang tidak disadari), rantai subsidiasi dapat diungkap dengan pertanyaan “mengapa?”. Motif-motif itu tersusun dalam satu mata rantai, yang satu subsidiary dari yang lain, dan semuanya sering berakhir pada dorongan makan yang bersifat pembawaan.


E. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Di antara pakar kepribadian, Cattell yang paling besar perhatiannya terhadap pengaruh relatif dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian. Metoda meneliti pentingnya faktor keturunan dan lingkungan dikenal dengan nama analisis varian abstrak jamak (MAVA = multiple abstract variance analysis), teknik yang membandingkan persamaan antara orang kembar diasuh dalam satu keluarga, kembar yang diasuh keluarga yang berbeda, saudara kandung tidak kembar yang diasuh satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga berlainan. Hasilnya adalah perhitungan seberapa besar perbedaan trait yang disebabkan oleh genetik dan lingkungan yang berbeda. Dari penelitiannya, Cattell menujukkan pentingya peran keturunan pada beberapa traits. Misalnya datanya menggunakan pengaruh keturunan terhadap kecerdasan ± 80%, malu-malu ± 80%, dan kepuasan emosional ± 30%. Adanya pengaruh keturunan terhadap trait kecerdasan yang sangat tinggi membuat Cattell kuat berpihak terhadap teori kelahiran selektif, yang akan menciptakan masyarakat cerdas.
Salah satu hasil penelitian yang menarik, ternyata banyak korelasi negative anatara faktor keturunan dengan linggkungan. Orang mengharapkan anak yang cerdas mendapat pendidikan yang baik, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Dalam hal trait, ada  kecendrungan lingkungan  tidak  menghargai bahkan memeksa faktor keturunan untuk berubah atau menyesuaikan diri. Misalnya, ketika orang dewasa mengajari anak memakai tangan kanan alih-alih tangan kiri, atau mengajari menghilangkan rsasa malu. Gejala ini dinamakan Cattell: Hukum pemaksaan ke Arah Rerata Sosial (Law of Coercion to Biososial Mean). Ada banyak pranata sosial yang dapat berperan sebagai sumber pembentukan kepribadian, yang paling penting ialah keluarga. Pranata sosial lainnya, antara lain pekerjaan, sekolah, kelompok sebaya, agama, partai politik, dan suku bangsa. Pranata-pranata itu mempengaruhi kepribadian melalui salah satu dari tiga cara berikut:
1.      Pembentukan karakter yang disengaja: masyarakat mempunyai harapan sosial bagaimana anggotanya harus bertingkah laku, bersikap dan mengembangkan konsep diri.
2.      Faktor situasi atau ekologi yang berdampak terkembangnya sikap tertentu dalam diri individu yang bukan menjadi kemauan sadar masyarakat atau institusi.
3.      Akibat pola tingkah laku yang terbentuk dari cara pertama dan kedua, individu mengalami perubahan kepribadian lebih lanjut dalam rangka mengekspresikan atau memuaskan motif-motif yang penting.
Penelitiannya mengenai pengaruh lingkungan, mencakup lingkungan sekitar individu maupun lingkungan sosial dan kultural yang luas. Sama seperti meneliti trait individu, lingkungan juga mempunyai trait, yang oleh Cattell dinamakan sintaliti (syntality), yaitu karakter atau atribut dari kelompok sosial yang luas. Menurutnya memahami individu harus dilakukan dengan memahami kepribadian individu dan sintaliti kelompok yang mempengaruhi individu itu (baik kelompok kecil maupun kelompok yang luas).

F. Tahapan Perkembangan
1. Tahap Bayi (Infancy, 0-6 tahun)
Periode pembentukan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pda tahap ini individu sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya, dan secara alami dipengaruhi oleh pengalaman perolehan maknan dan caranya membuang kotoran. Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sikap sosial, kekuatan superego, persaan aman dan tidak aman, sikap terhadap otoritas, dan kemungkinan kecenderungan neurotic.
2. Tahap Anak (Childhood, 6-12 tahun)
Hanya sedikit masalah psikologis yang timbul, sehingga oleh cattell disebut periode konsolidasi, sesudah periode bayi yang kritis. Ada awal kecendrunganmenuju kemandirian dari orang tua dan meningkatnya identifikasi dengan sebayanya, tetapi problemnyatidak besar, kalau dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudahnya.
3. Tahap Adolesen (Adolenscence, 14-23 tahun)
Ini adalah periode yang paling menyulitkan dan menekan. Kejadian kelainan mental, neurosis, dan dilinkuensi  banyak muncul pada periode ini; begitu pula konflik disekitar dorongan kemandirian, keyakinan diri, dan seks.
4. Tahap Kemasakan (Maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pdada umumnya orang pada usia itu menyiapkan karir, perkawinan, dan keluarga. Kepribadian cenderung tidak mudah berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Cattell juga menemukan hanya sedikit perubahan minat dan sikap pada tahap ini.
5. Tahap Usia Pertengahan (Middle age, 50-60/70 tahun)
Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial, dan psikologikal. Kesehatan dan kekuatan semakin redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik pribadi. Anak-anak meninggalkan rumah, dan mulai ada orang dekat meninggal. Biasanya terjadi uji ulang terhadap nilai-nilai yang menjadi pegangan hidup.
6. Tahap Tua (Senility, 60/70-mati)
Tahap final, melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan- kematian keluarga dan sahabat, pension, kehilangan status di masyarakat- mengikuti perasaan sendiri dan tidak aman.

DAFTAR PUSTAKA


Alwisol, 2009, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press.


No comments:

Post a Comment